Uni Emirat Arab (UEA)
mengandalkan pelabuhan kargo untuk mengantisipasi menipisnya cadangan minyak
bumi dan gas negeri tersebut. Realisasi tersebut termaktub dalam Visi 2030
pemerintahan Presiden UEA Sheikh Khalifa Bin Zayed Al-Nahyan.
Pada Rabu
(12/12/2012), sebagaimana warta AP, Al-Nahyan meresmikan pelabuhan
kargo di utara Abu Dhabi. Nama pelabuhan itu pun diambil dari nama penguasa
UEA, Khalifa. "Pelabuhan ini akan membantu mengurangi ketergantungan
pendapatan UEA dari minyak dan gas bumi," kata Al-Nahyan di Abu Dhabi. Menurut rencana,
Pelabuhan Khalifa mampu menggarap 12 juta ton kargo umum per tahun. Ini
merupakan fase pertama dari estimasi pengembangan hingga mampu menguasai 15
juta peti kemas 24 kaki berikut 35 juta ton kargo umum. Pelabuhan Khalifa
terletak berdekatan dengan Kawasan Industri Kizad. Kedua pusat perekonomian ini
dibangung dengan biaya 7,2 miliar dollar AS.
Abu Dhabi adalah
penghasil terbesar keempat minyak bumi dunia. Setahun silam, 60 persen produk
domestik bruto (GDP) Abu Dhabi berasal dari sektor ini. Angka ini merupakan 29
persen sumbangan GDP untuk UEA.
Sebagaimana halnya
dengan Pelabuhan Jebel Ali di Dubai, Pelabuhan Khalifa bukanlah pelabuhan
gratis untuk penanganan kargo asal Eropa dan Asia. Kedua pelabuhan ini
merupakan pelabuhan transit untuk kebutuhan industri dan produk konsumsi UEA.
Sumber: Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar